Dalam bidang penerangan, lampu fluorescent alias dikenal juga dengan lampu TL sudah dipakai dengan cara luas baik di dalam industri maupun dipakai oleh rumah tangga. Lampu tipe fluorescent alias lampu TL merupakan tipe lampu yang paling tak sedikit dipakai dari semua tipe lampu yang mempunyai prinsip kerja yang sama yaitu pelepasan muatan listrik.
Lampu fluorescent merupakan lampu tipe lampu yang lumayan efisien dalam merubah energi listrik menjadi energi cahaya, khususnya apabila dibandingkan dengan lampu tipe kawat pijar. Tetapi dengan terus mahalnya harga energi listrik , akhir–akhir ini sudah tak sedikit diperkenalkan lampu–lampu tipe fluorescent dengan beberapa bentuk serta ukuran yang nyatanya lumayan ekonomis akan penggunaan energi listrik. Salah satunya merupakan lampu fluorescent dengan ballast kumparan berinti besi.
Lampu fluorescent merupakan lampu dengan yang prinsip kerjanya dalam merubah energi listrik menjadi energi cahaya berdasarkan pada berpendarnya radiasi ultra violet pada permukaan yang dilapisi dengan serbuk fluorescent umpama tipe phospor. Radiasi ultra violet akan terjadi bilamana elektron–elektron leluasa yang akan terjadi dari emisi elektron pada elektroda bertumbukan dengan atom–atom gas yang terdapat dalam tabung pelepas muatan.
Agar elektroda–elektroda bisa memancarkan elektron, jadi butuh bagi elektroda untuk memperoleh mekanisme pesuruh proses tersebut. Pada lampu fluorescent biasa, jadi proses emisi elektron ini dilakukan dengan proses pemanasan elektroda–elektroda terlebih dahulu, proses ini dilakukan oleh alat yang kita kenal dengan nama starter (penganjak). Untuk bisa menyala jadi lampu tabung fluorescent memerlukan tegangan yang lumayan tinggi yaitu tak lebih lebih 400 Volt, jadi tegangan ini jauh lebih tinggi dari tegangan jala–jala yang tersedia, oleh karena itu manfaat starter tidak hanya menolong memanaskan elektroda, juga bertujuan sebagai alat untuk menciptakan tegangan penyalaan bagi lampu.
Jika penyalaan sudah berakhir dilakukan, arus listrik akan mengalir melewati tabung lampu fluorescent, serta karena tegangan pada starter lebih besar jadi bimetal pada starter akan terbuka. Oleh karena lampu fluorescent mempunyai karakteristik arus - tegangan negatif, artinya tegangan pada lampu akan turun bila arus naik serta sebaliknya tegangan pada lampu akan naik bila arus turun, jadi seusai proses penyalaan berlangsung, arus yang lewat pada tabung akan naik hingga tegangan kerja pada lampu tercapai. Tegangan ini jauh lebih rendah dari tegangan jala–jala.
Untuk merawat tegangan kerja inilah jadi pada lampu tipe fluorescent dipakai alat bernama ballast. Fungsi mutlak dari ballast merupakan membatasi besar arus serta mengoperasikan lampu pada karakteristik listrik yang sesuai.
Seperti yang sudah dijelaskan didepan, lampu fluorescent tak sedikit dipakai oleh masyarakat karena apabila dibandingkan dengan lampu tipe pijar, jadi lampu tipe fluorescent tampak mempunyai efisiensi yang lebih tinggi yaitu dengan besar daya yang sama, diperoleh kuat penerangan yang lebih besar, tidak hanya itu pada lampu tipe pijar, tak sedikit energi listrik yang diubah menjadi energi panas saja.
Walaupun lampu tipe fluorescent mempunyai efisiensi lebih tinggi dari pada lampu tipe pijar, namun lampu ini tetap mempunyai kerugian – kerugian yang lumayan berarti yaitu :
Harga lebih mahal, faktor ini tak terlalu menjadi masalah, karena tetap murah oleh masyarakat kalangan tertentu. Memerlukan ballast, dengan adanya ballast ini akan memunculkan kerugian daya pada ballast sendiri, yang kerugian lumayan besar, serta juga rendahnya harga faktor kerja ( Cos φ ) karena pada lampu tipe fluorescent yang konvensional dipakai ballast tipe induktor ( kumparan ).
Karena terus mahalnya energi listrik, jadi dimulailah beberapa tutorial untuk menghemat energi listrik, jadi terus tak sedikit umpama dipakai lampu – lampu tipe tabung fluorescent karena dianggap lebih efisien dalam merubah energi listrik menjadi energi cahaya, namun kendala muncul seusai dipakai dalam jumlah yang tak sedikit serta beban yang lumayan besar mengakibatkan menurunya faktor daya sumber yang berakibat tak tercapainya jumlah beban serta jumlah daya terdapat dari sumber, akibatnya penggunaan lampu tipe ini akan menurunkan jumlah daya yang terdapat dari sumber, juga kesulitan lain berupa susah menyala dengan normal pada ketika terjadi beban puncak serta menurunya tegangan sumber.
Untuk menanggulangi faktor ini jadi penggunaan lampu tipe fluorescent yang tetap bisa dioperasikan sebanding antara jumlah beban (jumlah lampu) dengan jumlah daya yang terdapat dari sumber. Dengan kata lain kita berusaha supaya kawasan alias rentangan beban (lampu TL) yang masuk pada sistem mempunyai faktor daya lebih tinggi mendekati faktor daya dari sumber supaya tercapai efisiensi penggunaan daya listrik, jadi akan sama alias mendekati sama antara daya nominal beban dengan daya nominal sumber.
Custom Search
0 Response to "Kelebihan dan Kekurangan Lampu SON-T untuk PJU"
Posting Komentar
Terima kasih dan semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar